Menjabat sebagai Kepala Sub Bagian Data dan Statistik APBN, Bagian Data dan Informasi, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan pak Harry menceritakan tentang epilepsi yang disandangnya sejak umur 11 tahun.
Saat saya dinyatakan menyandang epilepsi sangat berat mempercayainya dan sangat berat bisa bergaul di lingkungan. "Saya jadi sulit berinteraksi dengan lingkungan karena saya merasa berbeda dengan orang lain," begitu Pak Harry menyampaikan kepada para hadirin di pertemuan rutin Yayasan Epilepsi Indonesia tanggal 6 Mei 2012 di Jakarta.
Meskipun sulit menerima keadaan ada satu hal yang bisa disyukuri yaitu Pak Harry sejak lulus SMA bisa lulus test masuk ke Kementrian Keuangan sehingga dia bisa bekerja terlebih dulu sebelum menamatkan pendidikan S1-nya.
Saat bekerja, Pak Hari ingin memotivasi anaknya dengan menamatkan pendidikan S2-nya. Dia ingin menyampaikan pesan kepada anaknya yang tidak menyandang epilepsi bahwa bila seorang penyandang epilepsi seperti ayah mereka mampu menamatkan pendidikan S2, maka sudah sewajarnya anaknya yang sehat juga harus mampu melebihi ayahnya.
Berkah lain sejak menamatkan S2, ternyata Pak Harry diangkat menjabat Kepala Sub Bagian Data dan Statistik APBN, Bagian Data dan Informasi di instansi dimana dia bekerja.
Mengenai serangan yang dialaminya, Pak Harry sampai sekarang masih mengalami serangan paling tidak sebulan sekali. Menurut dokter, epilepsi yang disandang pak Harry bisa dioperasi namun anak dan istrinya masih belum berani mengijinkan sang Ayah menjalani operasi takut efek sampingan yang tidak diinginkan. Sebagai seorang ayah yang sabar, Pak Harry cukup mengerti apa yang ditakutkan anggota keluarganya sehingga dia pun tidak memaksakan diri untuk operasi.
Pesan Pak Harry kepada para penyandang agar terus berpositif thinking, dan selalu terus meminta kesembuhan dan keselamatan diri kepada Alloh Yang Maka Kuasa.
YEI, Fadjar Setyanto
Sent from my BlackBerry®
for www.ina-epsy.org
