Posting Paling Sering Dikunjungi

Minggu, 26 Februari 2012

Terapi Epilepsi

Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Untuk tercapainya tujuan tersebut diperlukan beberapa upaya, antara lain menghentikan bangkitan (seizure), mengurangi frekuensi bangkitan, mencegah timbulnya efek samping, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah timbulnya efek samping dari obat anti epilepsi (OAE).


Umumnya, 70% bangkitan dapat teratasi dengan 1 jenis OAE, sedangkan 30% sulit diatasi meskipun dengan 3 atau lebih OAE yang kita sebut sebagai epilepsi refrakter.

Prinsip Terapi Obat
Terapi dimulai dengan monoterapi, yaitu memberikan 1 jenis OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan atau sesuai dengan jenis sindrom epilepsi. Dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahap hingga dosis efektif tercapai atau timbul efek samping.
Bila dengan penggunaan dosis maksimum obat pertama tidak dapat mengontrol bangkitan, maka dokter akan menambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua tadi telah mencapai kadar terapi, OAE pertama akan diturunkan secara bertahap dan perlahan-lahan.
Penambahan obat ketiga akan diberikan bila terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal pada kedua OAE pertama tadi.

Memilih obat yang tepat bagi seseorang dengan epilepsi bukanlah hal yang mudah.Selain pemilihan OAE berdasarkan jenis bangkitan atau jenis sindrom epilepsi, juga harus mempertimbangkan umur, jenis kelamin, kondisi tubuh, berat badan dan respons masing-masing orang terhadap pengobatan yang diberikan. Dibutuhkan waktu sebelum seorang dokter menentukan jumlah dan jadual pengobatan yang dapat menghasilkan respons terbaik dengan efek samping paling sedikit.

Pada pasien yang baru didiagnosis dan belum pernah diobati, pemberian OAE biasanya sangat berhasil. Prinsip yang harus diperhatikan adalah:

Pastikan diagnosis telah ditegakkan dengan benar.
Tidak dibenarkan untuk melakukan "terapi percobaan" pada kasus-kasus yang meragukan
Bila telah mengalami bangkitan > 1x pada 1 tahun terakhir, terapi dapat dimulai
Pengobatan akan gagal bila pasien tidak memahami pentingnya minum obat teratur (sesuai jadwal), tujuan dan maksud pengobatan
Sedangkan pada pasien/penyandang epilepsi yang telah diobati dan tidak berhasil, pengobatan medikamentosa akan menjadi lebih sulit. Prognosis menjadi lebih buruk, resisten terhadap pengobatan bisa terjadi dan terkadang muncul masalah gangguan neurologis yang lain, gangguan psikologis maupun sosial.

Pengendalian serangan mungkin sulit dilakukan , dan dalam hal ini penting untuk menghindari terjadinya toksisitas serta pengobatan yang berlebihan. Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan pengukuran kadar obat-obatan yang sedang dikonsumsi.

Setelah jadual pengobatan dibuat, sangatlah penting meminum obat dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan oleh dokter. Bila sesuai petunjuk, maka pengobatan akan benar-benar menghilangkan bangkitan selama berbulan-bulan. INGAT! Hal ini bukan berarti epilepsi telah disembuhkan; Anda tidak boleh menghentikan obat atau mengurangi jumlahnya tanpa anjuran dokter.

Orang dengan epilepsi yang memang memerlukan pengobatan OAE jangka panjang kadang mengalami gangguan kesehatan lain yang juga memerlukan pengobatan. Dalam keadaan demikian, sebaiknya konsultasikan kedokter, karena kita harus mempertimbangkan kemungkinan adanya interaksi dengan obat-obat yang akan diberikan.

Misalnya pada orang dengan epilepsi yang meminum fenitoin, apabila orang tersebut memerlukan juga pengobatan golongan antasida (magnesium, aluminium hidroksida), maka sebaiknya OAE diminum 2-3 jam sebelum antasida karena obat tersebut dapat menghambat absorpsi fenitoin. Atau yang memerlukan antibiotik seperti kloramphenicol, obat tersebut akan menghambat metabolisme fenitoin sehingga kadar fenitoin dalam serum meningkat yang dapat mengakibatkan terjadinya intoksikasi fenitoin.

Interaksi obat juga dapat terjadi antar obat anti epilepsi terutama pada ODE yang meminum lebih dari 1 macam OAE. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengkonsultasikan pada dokter Anda obat-obat yang sedang diminum, dan segera sampaikan bila terjadi keluhan-keluhan atau efek samping obat seperti gatal-gatal (alergi), pusing berputar/ melayang, penebalan gusi, rambut rontok, atau hal-hal lainnya selama Anda mengkonsumsi obat anti epilepsi.

Penambahan vitamin seperti asam folat dan B12 sebaiknya juga diberikan pada orang dengan epilepsi yang meminum OAE golongan carbamazepin, oxcarbazepin, gabapentin, phenytoin, primidone dan valproat. Dari hasil penelitian yang dipublikasikan pada Februari 2011 yang dilakukan oleh Drs. Linnebank dan teman-teman dari University Hospital di Zurich, Swiss dan University Hospital di Bonn, Jerman terhadap 2.730 orang yang minum OAE di bandingkan dengan 170 ODE yang tidak diobati dan 200 orang sehat, menemukan bahwa mereka yang meminum carbamazepin, oxcarbazepin, gabapentin, phenytoin, primidone dan valproat berhubungan dengan rendahnya kadar folat.

Bila dalam pengobatan kita masih mengalami serangan / bangkitan, jangan terburu-buru untuk menaikkan dosis, mengganti obat, atau menganggap pengobatan gagal dan termasuk dalam jenis epilepsi yang sulit diatasi dengan OAE. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan harus kita pertimbangkan kembali. Apabila kita seorang dokter mungkin kita harus berfikir ulang apakah diagnosis kita salah atau kurang tepat, sehingga harus dipertajam lagi anamnesis terhadap pasien dan keluarga.

Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab gagalnya pengobatan antara lain:
Kepatuhan yang buruk.
Ketidak patuhan pasien untuk minum OAE secara teratur dan sesuai jadual pengobatan seringkali menjadi penyebab gagalnya pengobatan
Kemungkinan adanya faktor psikologis tambahan yang harus dicari dan dibicarakan.
Pertimbangkan kembali adanya kemungkinan bahwa kejang yang terjadi adalah kejang non epileptik (misal: sinkop, psikogenik)
Pertimbangkan kemungkinan adanya suatu penyakit neurologis progresif lain yang mendasari terjadinya epilepsi (misal: tumor otak).

*) dr. Irawati Hawari, Sp.S
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kategori

abc Epilepsi (5) Acara Epilepsi (1) acara TV (1) adsense (1) Album Photo (1) apa itu epilepsi (4) bagaimana epilepsi (2) Berdamai Dengan Epilepsi (1) bisnis internet (1) buku (1) buku epilepsi (1) buletin rutin YEI (2) carbamazepine (1) Carbamazepine; luminal (1) cerita epilepsi (5) clobazam (1) Data Anggota (1) Data BASS anggota (1) Diet Ketogenik (6) Donasi (3) Donatur (1) epilepsi (3) epilepsy and food combining (1) Fun Walk (2) Fun Walk 2015 (3) Ganggua Penyerta (1) halal bil halal (3) Hari Epilepsi Internasional (2) Himbauan (1) HUT Yayasan Epilepsi Indonesia (3) HUT YEI 2016 (1) Idul Fitri (1) Jaknews (1) kartu anggota (1) Keanggotaan (1) Kebiasaan Mengkonsumsi Obat (1) kegiatan (16) kelangkaan obat (1) Kepengurusan (2) Kerjasama (1) ketrampilan (4) Kiat (2) komunitas (2) Komunitas Debosi (2) komunitas peduli epilepsi (2) komunitas peduli epilepsi Bandung (1) Konferensi (1) Konferensi Nasional Epilepsi 2016 (1) Media Massa (18) menikah (1) Misi YEI (2) Nomor ID YEI (1) Olah Raga (1) opini (1) pemeriksaan darah (1) Pendaftaran Anggota YEI (1) Pendataan anggota YEI (1) Pengobatan Epilepsi (1) Pertemuan (5) Pertemuan Rutin (9) Pertemuan Rutin epilepsi (1) prodia (2) Puasa (2) purple day (3) purple day 2013 (2) Purple Day 2014 (3) purple day 2017 (1) Resolusi WHO (1) Seminar (17) seminar epilepsi (4) survey (1) tabel (1) Tahun Baru (1) talk show epilepsi (1) tata laksana epilepsi pada penderita Dewasa (1) Terapi Epilepsi (2) tips (1) Tulisan bebas (7) Ucapan Idul Fitri (1) ulang tahun YEI (2) Wirausaha (1)

Purple Day - 26 Maret