"Gimana saya bisa melamar pekerjaan dengan kondisi saya yang epilepsi ini?"
"Saya memang sembunyikan kondisi saya yang epilepsi karena takut dipecat kalau ketahuan bos."
"Maaf kami tidak bisa mengambil resiko dengan menempatkan anda di front liner karena tuntutan kerja anda adalah berhadapan dengan calon klien."
"Maaf dengan kondisi yang demikian sebaiknya putra bapak dan ibu dipindahkan saja ke sekolah yang lebih pas."
Kejadian di atas bukanlah hal yang dibuat-buat. Hal itu memang terjadi di dunia nyata kita saat ini. Dengan menyatakan kondisi epilepsi secara terbuka sangatlah mungkin seorang penyandang epilepsi saat ini bisa kehilangan pekerjaannya bahkan dikeluarkan dari sekolah. Beberapa teman penyandang epilepsi bisa jadi sudah mengalami hal itu.
Memang hal ini bisa dikatakan sebagai suatu bentuk diskriminasi, namun perbuatan diskriminatif itu bukanlah hal yang terbentuk setahun dua tahun melainkan sudah berakar lama. Hal ini tidak lain bisa terjadi karena stigma negatif tentang epilepsi masih menempel kuat di benak masyarakat kita. Untuk menghilangkan stigma negatif itulah diperlukan edukasi yang intensif kepada masyarakat.
Menghadapi stigma negatif itu maka tidak heran banyak penyandang epilepsi harus menyembunyikan kondisi epilepsi yang disandangnya termasuk orang tua menyembunyikan epilepsi pada anaknya. Namun apakah dengan menyembunyikan kondisi epilepsi yang disandang akan menjadikan yang bersangkutan nyaman dan lebih baik? Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Namun kita harus ingat bahwa cepat atau lambat hal itu akan terlihat juga. Bila kondisinya memang demikian, lalu apa yang bisa dilakukan?
Mensikapi hal yang demikian memang tidak ada cara lain selain mampu kerja mandiri atau berwirausaha atau berprestasi lebih dibanding orang kebanyakan. Dengan wirausaha atau mandiri maka tidak akan ada yang akan "memecat" anda. Dengan prestasi lebih dibanding orang lain maka akan membuat diri anda memiliki nilai tambah yang bila tidak ada anda maka akan rugi.
KEMANDIRIAN
Bagi anda penyandang epilepsi, segeralah set fikiran anda untuk berwiraswasta atau mandiri dalam perekonomian. Fikirkan terus peluang-peluang apa yang bisa anda kerjakan agar tidak tergantung pada pekerjaan kantoran. Tekuni satu hobi anda dan lakukan terus-menerus sebaik-baiknya maka hobi itu akan memiliki daya jual. Sedangkan bagi para orang tua, mari segera wujudkan kemandirian pada anak agar suatu saat anak anda bisa mandiri.Memang hal ini tidak mudah, namun hal ini juga bukan tidak mungkin. Perlu kesabaran dan ketekunan untuk merealisasikan hal ini.
Hobi atau kesukaan yang bisa memberikan nilai tambah akan menjadi sumber pemasukan keuangan yang utama. Sebagai contoh hobi menggambar maka bisa diarahkan sebagai artis profesional menggambar. Hobi menempel kertas atau sesuatu maka bisa diarahkan membuat tempelan-tempelan yang berdaya jual, hobi musik bisa membuat pertunjukkan atau rekaman sendiri, hobi menulis bisa membuat buku-buku yang bagus dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui ketrampilan apa yang sangat diminati.
Bagi orang tua, membangun ketrampilan anak bisa diawali dengan mengamati apa-apa yang menjadi kesukaan putra-putrinya. Sejak kapan? Secepatnya. Bila kesulitan melihat kemampuan apa yang ada pada diri anak anda bisa berkonsultasi dengan psikolog. Saran dari psikolog bisa menjadi pegangan.
MEMILIKI PRESTASI
Sementara itu dengan memiliki prestasi lebih dibanding orang kebanyakan juga suatu cara yang bisa dilakukan agar tidak tergantung pada kantor. Apalagi dengan prestasi yang anda dimiliki orang bisa merasakan manfaat dari keberadaan anda. Sebagai contoh orang yang berprestasi ialah Krisna Bayu seorang atlet Yudo. Alih-alih meratapi epilepsi yang disandangnya, Krisna terus menekuni Yudo-nya hingga akhirnya bisa ikut Olimpiade 4 kali, ASEAN games dan SEA games serta puluhan kali juara dengan emas di tangan. Karena prestasinya pulalah negara membutuhkan dia dan sekarang dia bekerja di kantor Kemenpora.
Bagi Krisna, menghadapi Epilepsi yang disandangnya tidaklah mudah tapi dengan semangat untuk terus menjadi atlit olimpiade membuatnya bertekad melawan epilepsi yang disandangnya dengan cara hidup disiplin dan penguatan alam bawah sadar bahwa dia tidak akan kalah dengan epilepsi. Ternyata apa yang diperjuangkan Krisna tidak sia-sia.
Demikianlah uraian betapa pentingnya menggali hobi, ketrampilan dan atau prestasi yang ingin dikejar.
Semoga artikel ini bisa memotivasi pembaca untuk menggali ketrampilan yang dimiliki atau prestasi yang akan dikejar.
Fadjar Setyanto
www.ina-epsy.org
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Posting Paling Sering Dikunjungi
-
Alhamdulillah, tidak diduga saya dinyatakan bebas dari epilepsy dgn EEG dan MRI normal. Alhamdulillah, Allah maha besar.
-
--> TANYA-JAWAB SEPUTAR EPILEPSI (dr. Irawati Hawari, Sp.S.) Apakah epilepsi sama dengan ...
-
Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal, sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik mau...
-
"Saya bosan, tidak boleh berenang." "Saya bosan harus minum obat setiap hari." "Saya bosan bila sedang sen...
-
Sembilan tahun berteman dengan epilepsi pastinya bukan hal yang mudah. Berbagai pengobatan saya jalani, mulai dari pengobatan di Ruma...
-
Jumat, 26 Februari 2010 15:01 Penderita epilepsi sebagian besar memang anak-anak, namun ...
-
EPILEPSI DI INDONESIA *Irawaty Hawari Seperti kita ketahui bahwa epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa ba...
-
Sri Erni Istiawati * Membicarakan tatalaksana, selalu diawali dengan diagnosis...
-
Materi yang dibahas : - Definisi Kejang - Apakah itu epilepsi - Diagnosis Epilepsi - Mengatasi kejang pada anak. - Pengobata...
-
Oleh: dr. Irawaty Hawari, SpS Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan, dimana umat Islam di seluruh dunia akan menjalankan ibad...
Kategori
abc Epilepsi
(5)
Acara Epilepsi
(1)
acara TV
(1)
adsense
(1)
Album Photo
(1)
apa itu epilepsi
(4)
bagaimana epilepsi
(2)
Berdamai Dengan Epilepsi
(1)
bisnis internet
(1)
buku
(1)
buku epilepsi
(1)
buletin rutin YEI
(2)
carbamazepine
(1)
Carbamazepine; luminal
(1)
cerita epilepsi
(5)
clobazam
(1)
Data Anggota
(1)
Data BASS anggota
(1)
Diet Ketogenik
(6)
Donasi
(3)
Donatur
(1)
epilepsi
(3)
epilepsy and food combining
(1)
Fun Walk
(2)
Fun Walk 2015
(3)
Ganggua Penyerta
(1)
halal bil halal
(3)
Hari Epilepsi Internasional
(2)
Himbauan
(1)
HUT Yayasan Epilepsi Indonesia
(3)
HUT YEI 2016
(1)
Idul Fitri
(1)
Jaknews
(1)
kartu anggota
(1)
Keanggotaan
(1)
Kebiasaan Mengkonsumsi Obat
(1)
kegiatan
(16)
kelangkaan obat
(1)
Kepengurusan
(2)
Kerjasama
(1)
ketrampilan
(4)
Kiat
(2)
komunitas
(2)
Komunitas Debosi
(2)
komunitas peduli epilepsi
(2)
komunitas peduli epilepsi Bandung
(1)
Konferensi
(1)
Konferensi Nasional Epilepsi 2016
(1)
Media Massa
(18)
menikah
(1)
Misi YEI
(2)
Nomor ID YEI
(1)
Olah Raga
(1)
opini
(1)
pemeriksaan darah
(1)
Pendaftaran Anggota YEI
(1)
Pendataan anggota YEI
(1)
Pengobatan Epilepsi
(1)
Pertemuan
(5)
Pertemuan Rutin
(9)
Pertemuan Rutin epilepsi
(1)
prodia
(2)
Puasa
(2)
purple day
(3)
purple day 2013
(2)
Purple Day 2014
(3)
purple day 2017
(1)
Resolusi WHO
(1)
Seminar
(17)
seminar epilepsi
(4)
survey
(1)
tabel
(1)
Tahun Baru
(1)
talk show epilepsi
(1)
tata laksana epilepsi pada penderita Dewasa
(1)
Terapi Epilepsi
(2)
tips
(1)
Tulisan bebas
(7)
Ucapan Idul Fitri
(1)
ulang tahun YEI
(2)
Wirausaha
(1)